Epilog: Verkooper Kompas/


Sebagian Besar Goresan Nicholas Adalah Penggambaran Aktivitas Penghuni Di Berbagai Sudut Batavia. Selain Laporan Tertulis, Lukisan-Lukisan Itulah Yang Akan Dikirimkan Ke Nederland Sebagai Pembuktian Sang Gubenur Jenderal Mengenai Keberhasilan Upaya Pembangunan Kota Yang Telah Diprakarsainya Di Daerah Koloni Ini.
“Lukisanmu Lebih Indah Dari Kenyataan. Aku Berharap Keindahan Itu Akan Membuat Para Pembesar Di Nederland Sana Memuja Segenap Capaian Yang Telah Kutorehkan,” Puji Gubernur Jenderal Kepada Nicholas.
Sebagai Pelukis Yang Memiliki Gaji Tetap Dan Komisi Dari Setiap Karya-Karya Yang Dihasilkan, Nicholas Bisa Melebur Dalam Gaya Hidup Kaum Elite Di Batavia. Setiap Akhir Pekan, Ia Mendapatkan Hak Istimewa Mengikuti Pesta Dansa Di Rumah Bola. Untuknya, Disediakan Sebuah Sado Khusus Beserta Kusirnya Yang Siap Mengantarkan Ke Mana Pun Ia Berhasrat Pergi, Kapan Pun Itu.
Siang Ini, Ia Meminta Kusir Mengarahkan Sado Menuju Sunda Kelapa. Ia Ditugaskan Untuk Melukis Suasana Di Sana. Sesampainya Di Sunda Kelapa, Ia Langsung Naik Ke Atas Salah Satu Kapal Yang Tengah Sandar. Setelah Mendapat Izin Dari Kapten, Ia Langsung Memulai Aktivitasnya. Suasana Sunda Kelapa Tengah Ramai Di Siang Itu. Tak Ada Alasan Baginya Untuk Tidak Memindahkan Pemandangan Tersebut Ke Dalam Kanvasnya.
Ia Hampir Larut Utuh Dalam Kegiatannya Jika Saja Sesosok Lelaki Di Tepi Dermaga Di Bawah Sana Tak Menyita Perhatiannya. Lelaki Itu Berparas Rasnya, Bertubuh Tubuhnya, Sedang Menatap Kosong Ke Arah Laut Sambil Memanggul Sebuah Karung Yang Entah Berisi Apa. Pastinya, Lelaki Itu Orang Nederland, Bertelanjang Dada, Hanya Mengenakan Celana Hitam Selutut, Tak Mengenakan Alas Kaki. Tak Bisa Dimungkiri Lagi, Ia Berpenampilan Setara Dengan Budak Belian. Hanya Ciri Eropa-Nya Yang Membuat Ia Terlihat Berbeda Secara Mencolok.

Komentar